A. UDZUR YANG BERSIFAT UMUM
1. Hujan (Susah mendatangi masjid)
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ ذَاتُ بَرْدٍ وَمَطَرٍ يَقُولُ أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ
“Jika malam sangat dingin dan hujan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan seorang mu’adzin untuk mengucapkan: “Hendaklah kalian shalat di tempat tinggal kalian.”” (HR. Bukhari & Muslim dari Ibnu Umar)
2. Jalanan yang berlumpur dan becek (yang menyebabkan seseorang sangat sulit keluar dari rumahnya)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَمُطِرْنَا فَقَالَ لِيُصَلِّ مَنْ شَاءَ مِنْكُمْ فِي رَحْلِهِ
“Dari Jabir katanya; “Kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, kemudian hujan mengguyur kami, lalu dia mengatakan; “Siapa diantara kalian yang hendak shalat, hendaknya dikerjakan di persinggahannya.”” (HR. Muslim, Abu Dawud, & Tirmidzi)
3. Dingin yang sangat menyengat (Dingin yang keluar dari batasan normal yang biasa dirasakan manusia)
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ النَّحَّامِ قَالَ نُودِيَ بِالصُّبْحِ فِي يَوْمٍ بَارِدٍ وَأَنَا فِي مِرْطِ امْرَأَتِي فَقُلْتُ لَيْتَ الْمُنَادِيَ قَالَ مَنْ قَعَدَ فَلَا حَرَجَ عَلَيْهِ فَنَادَى مُنَادِي النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي آخِرِ أَذَانِهِ وَمَنْ قَعَدَ فَلَا حَرَجَ عَلَيْهِ
“Dari Nu’aim bin An Nahham ia berkata, “Shalat subuh diserukan saat hari yang sangat dingin, sementara aku masih berada di dalam selimut isteriku. Maka aku pun berkata, “Semoga sang muadzin akan mengumandangkan ‘Barangsiapa duduk (shalat di rumahnya) maka tidak ada dosa baginya.'” Maka sang muadzin Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengumandangkan pada akhir adzannya, Barangsiapa duduk -shalat di rumahnya- maka tidak ada dosa baginya.”” (HR. Ahmad, Abdurrazzaq, & al-Baihaqi)
4. Malam yang sangat gelap gulita sehingga seseorang tidak dapat melihat jalan menuju masjid.
B. UDZUR YANG BERSIFAT KHUSUS
1. Sakit (Yang menyulitkan seseorang pergi ke Masjid)
مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ
“Suruhlah Abu Bakar agar mengimami shalat untuk manusia” (HR. Bukhari & Muslim)
2. Cacat (Buta dan yang lainnya)
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوْمِي وَإِذَا كَانَتْ الْأَمْطَارُ سَالَ الْوَادِي الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ وَلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ فَأُصَلِّيَ لَهُمْ
“Wahai Rasulullah, aku tidak lagi percaya terhadap penglihatanku (pandangan sudah kabur) dan aku terbiasa shalat mengimami kaumku, jika hujan turun, maka lembah yang berada antara aku dan mereka mengalir deras, sehingga aku tak bisa mendatangi masjid mereka dan shalat mengimami mereka. Aku sangat berkeinginan sekiranya anda datang dan shalat di mushalla kaumku, sehingga aku menjadikannya sebagai mushalla.” (HR. Bukhari & Muslim)
3. Takut Pada penguasa, orang zhalim, musuh, pencuri, dll, atau khawatir terhadap hartanya, keluarganya dan orang-orang yang harus dia bela
4. Ketika makanan dihidangkan
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَابْدَءُوا بِالْعَشَاءِ وَلَا يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُوضَعُ لَهُ الطَّعَامُ وَتُقَامُ الصَّلَاةُ فَلَا يَأْتِيهَا حَتَّى يَفْرُغَ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قِرَاءَةَ الْإِمَامِ
“Dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhu berkata,; Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila makan malam seseorang dari kalian sudah dihidangkan sedangkan shalat sudah didirikan, maka dahulukanlah makan malam dan janganlah tergesa-gesa hingga dia menuntaskannya”. Ibnu ‘Umar juga pernah dihidangkan padanya suatu makanan sedangkan shalat sedang dilaksanakan, namun dia tidak mengikuti shalat tersebut hingga selesai, padahal saat itu dia juga mendengar bacaan imam.” (HR. Bukhari & Muslim)
5. Buang hajat (kencing dan buang air besar)
Dari aisyah, dia berkata, aku pernah mendengan Rasulullah Bersabda’
لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ
‘Tidak sempurna shalat seseorang apabila makanan yang telah dihidangkan, atau apabila dia menahan buang air besar atau kecil’. (HR. Muslim, Abu Dawud, & Ahmad)
6. Makan bawang merah, bawang putih, dan yang serupa dengannya
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الْبَقْلَةِ الثُّومِ و قَالَ مَرَّةً مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ
“Dari Jabir bin Abdullah dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam beliau bersabda, “Barangsiapa yang makan sayur bawang putih ini, -dan pada kesempatan lain beliau bersabda, ‘Barangsiapa makan bawang merah dan putih serta bawang bakung- janganlah dia mendekati masjid kami, karena malaikat merasa tersakiti dari bau yang juga manusia merasa tersakiti (disebabkan baunya) ‘.” (HR. Bukhari & Muslim)
7. Tidak mendapatkan pakaian untuk menutupi auratnya (Pendapat sebagian Ulama pengikut Mazhab Syafi’i dan Malik)
Penulis: KH. Sudirman, S.Ag.
(Tokoh Muhammadiyah dan Pembina Yayasan Tajdidul Iman)