DEFINISI TAWAKKAL SECARA TERMINOLOGIS (ISTILAH)
Makna terminologis untuk kata at-Tawakkul, berbeda-beda di kalangan para ulama, di antranya:
- Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, “Tsiqah kepada Allah.”
- Imam Ahmad berkata, “Pemutusan perasaan mulia dengan adanya rasa putus asa pada seseorang.” Beliau juga berkata, “Garis besar at-Tawakkul adalah penyerahan segala urusan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan mengagungkan pujian bagi-Nya serta tsiqah kepada-Nya.”
- Abdullah bin Dawud al-Khuraibi berkata, “Saya berpendapat bahwa tawakkal adalah husnuzhzhann kepada Allah.”
- Syaqiq bin Ibrahin berkata, “At-Tawakkul adalah thumakninah hati dengan segala janji Allah Azza Wa Jalla.”
- Al-Hasan ditanya tentang tawakkal, maka ia berkata, “Ridha kepada Allah Azza Wa Jalla.”
- Ali bin Ahmad al-Busyanjisetelah ditanya tentang tawakkal, ia berkata, “Membebaskan diri dari upayadan kekuatanmu sendiridan dari upaya dan kekuatan orang sepertimu.”
- Ibnu al-Jauzi mengatakan berkenaan dengan sebagian dari mereka itu, “Penyerahan segala urusan kepada Allah dengan penuh keyakinan akan kehebatan pengendalian-Nya.”
- Ibnu Rajab al-Hambali berkata, “Kejujuran hati ketika bersandar kepada Allah Azza Wa Jalla demi mendapatkan berbagai kemaslahatan dan menjaga dunia maupun perkara-perkara akhirat secara keseluruhan.”
- Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dikatakan, ‘Memutuskan peninjauan akan sebab-sebab setelah penyiapan sebab-sebab’.”
- Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Penyendaran yang dilakukan oleh seorang hamba akan segala urusannya hanya kepada Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, yaitu segala urusan agama dan dunianya.”
KESIMPULAN:
Tawakkal adalah Kondisi hati yang berkembang dari ma’rifahnya kepada Allah, keimanan berkenaan dengan absolutisme Allah dalam penciptaan, pengendalian, pemberian bahaya dan manfaat, memberi dan tidak memberi, dan bahwa apa-apa yang Dia kehendaki pasti terjadi sedangkan apa-apa yang tidak Ia kehendaki maka tidak akan terjadi. Semua itu menjadikannya wajib bersandar kepada-Nya dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Ia merasa senang dengan sikap demikian itu dan sangat tsiqah kepada-Nya. Ia juga yakin dengan kecukupan dari-Nya ketika ia bertawakkal kepada-Nya dengan perkara itu.